Jumat, 06 Januari 2012

Total Renovasi Toilet DPR sebanyak 2 milyar rupiah?

oilet pria di lantai satu Gedung Nusantara I DPR, tepat di samping ruang Komisi IX, kini tak lagi dialiri air. Bercak debu hitam menodai putihnya wastafel. Cairan pembersih lantai berserakan beserta alat pembersih lantai. Selembar kertas peringatan tertempel di pintu masuk toilet tersebut, "Mohon maaf, toilet sedang dalam perbaikan."

Sebelum diperbaiki, toilet tersebut sering kali terlihat bersih, tetapi bau tak sedap menusuk hidung. "Itu karena saluran pembuangan air wudhu dan air kloset bercampur menjadi satu," jelas Kepala Biro Pemeliharaan Bangunan dan Instalasi Setjen DPR Sumirat di Jakarta, Rabu (4/1).

Bau tak sedap, dinilainya, selalu ada karena saluran air belum diperbaiki sejak 1994. Sudah lama memang. Sejak dulu, toilet dan berbagai infrastruktur gedung hanya sekadar direhabilitasi atau dirawat berkala. Ada yang per lima tahun dan ada yang setiap tahun. Perawatan pun bergantung pada kondisi kerusakan. Ada yang parah, sedang, dan ringan.

Yang akan dilakukan dengan lebih dari 200 toilet adalah perawatan. Perawatan ini berlaku mulai lantai dua hingga 23. Sedangkan, toilet di lantai satu tidak masuk perawatan karena kondisinya masih bagus. Perawatan mencakup perbaikan pipa dan saluran air. Sepanjang 2011 ini, air yang mengalir dari pipa belum terkontrol maksimal sehingga tekanan dari air di lantai 23 ke lantai bawah terkadang melampaui batas.

Hal ini mengakibatkan jet shower untuk pembersihan setelah buang air besar kerap rusak. Kekuatan tekanan air seharusnya hanya dua taf, tapi ternyata mencapai delapan taf. "Terkadang ada penggantian jet shower beberapa kali dalam sehari. Kami tidak ingin ini terjadi lagi," paparnya. Saluran air nantinya juga akan dipisahkan antara air dari kloset dan wudhu agar bau tak sedap hilang. Bau itu mengandung CO yang beracun dan bisa berbahaya bagi pengguna toilet.

Perawatan toilet ini adalah amanat UU Nomor 28/2002 tentang Bangunan dan Gedung dan PP Nomor 36/2005. Di dalamnya ada persyaratan bangunan gedung dan teknis administratif. Keandalan bangunan disebutkan di dalamnya yang berkaitan dengan keselamatan saat membangun dan sesudah dibangun, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan.

Menurut Sumirat, bangunan negara dibuat cukup nyaman, tak perlu nikmat. "Kalau nikmat nanti bisa tidur di toilet." Yang penting, ketika buang air kecil atau besar, seseorang tak perlu menutup hidung. Bila perlu, katanya, bisa sambil membaca koran, majalah, buku, atau bahkan draf rancangan atau revisi UU. Sehingga, waktu tak terbuang sia-sia hanya karena buang air besar. Toilet di DPR, dinilainya, belum ramah bagi penyandang difabel. Jika mereka bertamu ke gedung wakil rakyat, harus dibantu untuk ke toilet.

Untuk jumlah anggaran yang dibutuhkan, Sumirat menyatakan maksimal mencapai dua miliar rupiah. "Kalau kurang dari itu, maka sisanya akan dikembalikan ke kas negara," tambahnya. Diakuinya, anggaran perawatan per toilet tidak bisa diprediksi karena masing-masing toilet memiliki tingkat perawatan yang berbeda.

Tak ada yang salah dalam rencana perawatan toilet karena hal ini adalah rutinitas berkala. Lagi pula, kata mantan karyawan di Kementerian Pekerjaan Umum ini, usia toilet dan gedung DPR sudah mencapai 18 tahun. Standar usia pipa untuk menyalurkan air adalah sembilan tahun. "Jadi, memang sudah jauh melampaui batas maksimal sehingga perlu dicek lagi," tambahnya.

Untuk perawatan toilet DPR ini, proses tender akan dilangsungkannya mulai 2012 ini. Siapa yang menawarkan harga murah dan rasional, maka dialah yang menang. Pemenang tender tidak cukup sekadar menawarkan harga murah. Nantinya juga akan ada klarifikasi tawaran tender. Apa yang sudah ditawarkan tidak boleh diubah lagi. "Kita memeriksa detail tawaran peserta tender," jelasnya. Untuk proses itu, semuanya berlangsung transparan dan akan dimasukkan ke website setjen DPR.

Ketua Fraksi PDIP Tjahjo Kumolo menyatakan, perawatan toilet itu tidak penting. "Kinerjanya yang penting dan harus ditingkatkan." Buat apa toilet bagus kalau banyak yang membolos saat sidang paripurna. RUU yang disahkan saja hanya sekitar 38 sejak 2010 dari 70 yang direncanakan. Hal ini menurutnya cukup tragis.

Tak hanya itu, guru besar Ilmu Politik UI Prof Iberamsjah berpendapat bahwa anggaran sebesar itu kelewatan. Hal itu tidak sebanding dengan kinerja DPR yang malas dan dinilai tidak memihak rakyat. "Semua orang sudah tahu mereka malas, buat apa diberi fasilitas seperti itu? Mereka harusnya berkaca agar tahu diri."

Direktur Lingkar Madani Ray Rangkuti menyatakan, sepanjang 2010, tak terdengar cerita manis dari DPR, kecuali satu hal, Pansus Bank Century. Itu pun berakhir mengambang. Di luar itu, kisah DPR adalah kemalasan, percaloan dana APBN, sikap hidup yang hedonis, dan penghamburan uang negara lewat studi banding dan pembangunan fasilitas DPR.

Bagaimana DPR tidak tahu urusan penggunaan dana mencapai dua miliar rupiah hanya untuk sekadar urusan buang hajat. "Oleh karena itu, kita mendesak agar DPR menunda rencana perbaikan toilet." tegas Ray. DPR menggunakan dana negara untuk sebanyaknya memfasilitasi kebutuhan rakyat. DPR seharusnya menunda kesenangan diri sendiri untuk kepentingan rakyat agar mereka bersikap mulia.ed: dewi mardiani (http://republika.co.id:8080/koran/0/151456/Rp_2_Miliar_untuk_Perawatan_Toilet_DPR)

No response to “Total Renovasi Toilet DPR sebanyak 2 milyar rupiah?”